Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 diklaim sedang mengembangkan alat tes Covid-19 berbasis saliva atau air liur.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menuturkan alat tes yang berbasis air liur diklaim bisa mengurangi satu tahapan di dalam pengujian, yakni ekstraksi RNA.
Selain itu, masyarakat akan lebih nyaman karena sampel hanya dari air liur. Tidak seperti swab PCR yang diambil dari hidung, tenggorokan, atau darah dari ujung jari.
Dalam Rakornas Riset dan Inovasi, Bambang menyampaikan alat tes Covid-19 berbasis air liur menjadi salah satu proyek prioritas tahun 2021. Dia mengatakan akurasi alat tes itu diharapkan mendekati PCR dan tanpa harus melalui tahap ekstraksi RNA.
"Pengembangan tes yang mendekati PCR dengan sampel saliva atau air liur dan tanpa melalui tahap ekstraksi RNA," ujar Bambang dalam Rakornas Riset dan Inovasi, beberapa waktu lalu.
Bambang berharap hasilnya bisa memperluas uji keberadaan virus di daerah-daerah yang tidak memiliki alat lengkap atau akses peralatan PCR.
Berdasarkan laman Kemenristek, alat tes Covid-19 berbasis air liur dikembangkan oleh Universitas Padjadjaran (Unpad). Alat itu saat ini sudah masuk tahap 3 pengembangan.
Bambang mengatakan alat tersebut diharapkan mendukung percepatan penanganan COVID-19 terutama di bidang pengujian (testing).
"Kami sedang berupaya untuk mencoba mencari alternatif pemeriksaan usap (swab), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan air liur atau saliva. Tentunya ini lebih nyaman bagi orang yang diambil sampelnya," kata Bambang.
Bambang menuturkan alat tes Covid-19 berbasis air liur merupakan alternatif alat tes yang digunakan saat ini, seperti PCR, rapid tes andibodi, rapid test antigen, hingga GeNose.
Comments
Post a Comment